Penanganan Terhadap Kelompok Teroris Bukti Konsolidasi dan Sinergitas Kuat Aparat Gabungan
Oleh: Dhika Saputra )*
Penangkapan tiga tersangka teroris yang terjadi pada awal Agustus 2024 menjadi momen penting yang menunjukkan peningkatan konsolidasi dan sinergi dalam upaya pemberantasan terorisme di Indonesia. Langkah ini bukan sekadar keberhasilan teknis, melainkan simbol kekuatan kolaboratif antara aparat keamanan dan intelijen yang terus diperkuat.
Di balik penangkapan ini, ada narasi yang lebih besar, yakni bagaimana radikalisme dan terorisme terus berkembang di bawah permukaan masyarakat kita, siap meletup kapan saja jika tidak ditangani dengan serius.
Penangkapan ini mengirim pesan tegas kepada seluruh elemen masyarakat bahwa ancaman terorisme tidak pernah benar-benar hilang. Meski beberapa tahun terakhir Indonesia relatif bebas dari serangan teror besar, hal itu bukan berarti bahwa ideologi kekerasan telah lenyap. Sebaliknya, penangkapan ini menunjukkan bahwa proses radikalisasi masih terus berlangsung, dengan target utama perempuan, anak-anak.
Tidak dapat disangkal bahwa terorisme dan radikalisme telah beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Radikalisasi melalui platform online semakin marak, terutama selama pandemi COVID-19, ketika interaksi sosial banyak bergeser ke dunia maya. Anak-anak dan remaja yang belajar secara daring menjadi target empuk bagi para pelaku terorisme yang menggunakan media sosial dan grup pesan instan untuk menyebarkan ideologi ekstrem.
Fenomena ini melahirkan ancaman baru, yakni “lone wolf” atau pelaku teror tunggal yang bergerak sendiri tanpa afiliasi organisasi jelas. Mereka dapat merencanakan aksi teror kapan saja, tanpa ada tanda-tanda sebelumnya, menjadikan upaya pencegahan semakin sulit.
Namun, di balik tantangan ini, ada harapan besar. Apresiasi terhadap keberhasilan Densus 88 dalam menangkap tersangka teroris di Malang hingga Jakarta Barat, adalah bukti bahwa sinergitas antara lembaga keamanan terus terjaga dan semakin kuat. Keberhasilan ini juga menunjukkan pentingnya peran intelijen dalam mendeteksi ancaman sebelum berkembang menjadi aksi nyata yang membahayakan masyarakat luas.
Upaya yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) juga layak diacungi jempol. Kepala BNPT, Komjen Rycko Amelza Dahniel, mengakui bahwa konsolidasi sel-sel teroris semakin terlihat jelas dengan meningkatnya jumlah penangkapan dan penyitaan barang bukti.
Hal ini menjadi indikator bahwa upaya radikalisasi di masyarakat tidak hanya berlanjut, tetapi juga mengalami peningkatan. Terorisme modern memang tidak selalu hadir dalam bentuk serangan fisik yang langsung terlihat, tetapi lebih halus, melalui infiltrasi ideologi dan doktrin yang menargetkan individu-individu rentan.
Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin juga memberikan apresiasi terhadap kerja keras Densus 88 dalam menggagalkan aksi terorisme. Wapres menekankan bahwa pencegahan harus menjadi fokus utama dalam pemberantasan terorisme di tanah air.
Dengan pencegahan yang efektif, aksi-aksi teror dapat dihentikan sebelum sempat membahayakan nyawa dan keamanan masyarakat. Wapres juga mengingatkan bahwa terorisme tidak hanya melanggar hukum negara, tetapi juga bertentangan dengan ajaran agama, yang dengan tegas melarang segala bentuk kekerasan dan tindakan yang merusak kedamaian.
Sementara itu, dalam rangka menjaga keamanan selama kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024, BNPT melaksanakan Sosialisasi dan Pra Audit Standar Minimum Pengamanan pada Gereja Katedral Jakarta. Kasubdit Pengamanan Lingkungan BNPT, Kolonel Laut (H) Setyo Pranowo, S.H., M.M, mengatakan kegiatan yang dilaksanakan tersebut tidak hanya terkait kedatangan Paus, akan tetapi karena Gereja Katedral Santa Maria Diangkat Ke Surga merupakan bagian dari fasilitas publik dimana berdasarkan Peraturan BNPT Nomor 3 Tahun 2020, berhak mendapatkan perlindungan dari ancaman tindak pidana terorisme.
Selain itu, Polri juga menyiapkan 4.730 personel gabungan untuk mengamankan kunjungan Paus Fransiskus ke Jakarta. Operasi pengamanan dilakukan mulai 2 hingga 7 September 2024. Operasi ini dalam rangka pengamanan kunjungan dari Paus Fransiskus dan kegiatan International Sutainability of Forum (ISF) yang sama-sama akan dilaksanakan di Jakarta.
Meskipun penangkapan tersangka teroris dapat memberikan rasa aman sementara, pencegahan jangka panjang membutuhkan pendekatan yang lebih holistik, termasuk upaya deradikalisasi dan pendidikan bagi masyarakat tentang bahaya ideologi ekstrem.
Peran keluarga dan komunitas dalam mencegah radikalisasi juga tidak bisa diabaikan. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat memiliki peran penting dalam mengawasi dan membimbing anggota keluarga agar tidak terjerumus dalam paham radikal.
Dukungan dari komunitas dan tokoh agama juga sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari pengaruh ekstremisme. Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa yang tegas menolak segala bentuk terorisme, dan ini harus terus disosialisasikan di berbagai lapisan masyarakat.
Keberhasilan dalam menangkap para pelaku teror ini bukanlah akhir dari perjuangan, tetapi langkah awal untuk membangun kesadaran kolektif bahwa ancaman terorisme masih nyata. Konsolidasi antar-lembaga harus terus diperkuat, demikian pula sinergi dengan masyarakat dalam mendeteksi dan melaporkan potensi ancaman. Indonesia telah menunjukkan bahwa dengan kerja sama yang baik, ancaman terorisme dapat ditekan.
Penangkapan teroris ini adalah pengingat bahwa keberhasilan pemberantasan terorisme tidak hanya datang dari kekuatan fisik, tetapi juga dari kekuatan sinergi yang solid antar-lembaga. Konsolidasi yang ditunjukkan oleh BNPT, Densus 88, maupun intelijen lainnya, menjadi bukti nyata bahwa kerja sama yang baik mampu mencegah ancaman besar sebelum meledak.
Namun, upaya ini harus dilihat sebagai permulaan, bukan akhir. Ancaman radikalisme terus bergerak di bawah permukaan, menyusup melalui dunia maya dan merasuki kelompok rentan di masyarakat. Keberhasilan dalam penangkapan pelaku teror hanya akan berkelanjutan jika kita semua, sebagai bangsa, tetap waspada dan turut berperan aktif dalam pencegahan radikalisasi.
Apresiasi yang diberikan kepada para penegak hukum bukan sekadar pujian, tetapi juga dorongan untuk terus mempertahankan dan meningkatkan upaya pencegahan. Mari bersama-sama kita jaga Indonesia tetap aman dan damai, bebas dari ancaman terorisme.
)* Analis Lembaga Gala Indomedia